Abdul Gani A1B108256
Nor Henny A1B110223
REPRESENTASI KEKUASAAN DALAM TINDAK
TUTUR PADA WACANA KELAS
A. Representasi
kekuasaan dalam Tindak Direktif
Tindak
direktif amat potensial mempresentasikan kekuasaannya.Daya ilokusi tindak tutur
ini menghendaki agar T melakukan sesuatu sesuai dengan maksud tuturan P.Dalam
realisasinya, penggunaan tindak tutur ini mempresentasikan kekuasaan
pemakainya.
1.Representasi Kekuasaan dalam Perintah
Sebagai
salah satu jenis direktif, perintah (requirements) mempunyai karakteristik
tertentu.Back dan Harnish (1979: 47) menyebutkan karakteristik perintah sebagai
berikut.Di dalam menuturkan suatu tuturan tertentu, P memerintah T untuk
melakukan sesuatu jika P mengekpresikan: (a) keyakinan bahwa tuturannya, di
dalam otoritasnya terhdap T, merupakan alasan yang cukup bagi T untuk melakukan
sesuatu; dan (b) maksud bahwa T melakukan sesuatu karena tuturan P.
Gejala
itu juga terjadi ketika guru memberikan pengarahan tentang program
pembelajaran, seperti pengarahan tentang materi pembelajaran yang akan
dipelajari siswa dalam satu semester, sistem evaluasi yang akan dilaksanakan,
maupun buku paket dan LKS yang harus disiapkan siswa.Dengan kata lain, ketika
memberikan pengarahan menyangkut hal-hal yang dianggap urgen, guru cenderung
menggunakan perintah langsung yang mempresentasikan kekuasaan dominatif.
Akan
tetapi, jika dilihat dari konteks wacana kelas secara makro, gejala tersebut
terkait dengan budaya dominatif yang masih banyak digunakan dalam sistem
pembelajaran di persekolahan kita.Dalam budaya pembelajaran yang dominatif,
aturan-aturan sekolah, materi pembelajaran, sistem evaluasi, dan buku-buku
pelajaran cenderung ditentukan oleh sekolah atau guru.
Secara
keseluruhan, para peserta tutur dalam wacana kelas lebih banyak menggunakan
bentuk-bentuk perintah langsung.
Penggunaan
perintah langsung mempunyai kadar restriksi lebih tinggi daripada perintah tak
langsung.
Sifat
dominatif kekuasaan itu semakin berkurang jika perintah itu menggunakan kata
sapaan orang kedua Anda atau Saudara.
2.Representasi Kekuasaan dalam Permintaan
Disamping
bentuk perintah, guru dan siswa juga menggunakan direktif dengan bentuk
permintaan (requestives).
Bila
dibandingkan dengan perintah, permintaan mempunyai kadar restriksi lebih rendah
sehingga kekuasaan yang direpresentasikan pun cenderung lebih humanis.
3.Representasi Kekuasaan dalam Larangan
Pada
dasarnya direktif dengan larangan (prohibitives) juga berisi perintah,
tetapi perintah negatif, yaitu agar T tidak melakukan sesuatu.Sebagai salah
satu bentuk direktif, larangan mempunyai karakteristik tersendiri.
Sebagaimana
telah disinggung di depan bahwa daya rstriksi kekuasaan larangan cenderung
tinggi.
4.Representasi Kekuasaan dalam Persilaan
Dalam
wacana kelas juga sering terungkap penggunaan persilaan (premissives).Sebagai salah satu bentuk direktif, persilaan juga
mempunyai karakteristik tertentu.Bach dan Harnish (1979: 47) menyebutkan
karakteristik bentuk persilaan sebagai berikut. Ketika menuturkan tuturan
tertentu, P mempersilakan T untuk melakukan sesuatu jika P mengekspresikan (a)
keyakinan bahwa tuturannya, karena otoritasnya terhadap T, membolehkan T untuk
melakukan sesuatu, dan (b) maksud bahwa T yakin jika tuturan P membolehkannya
untuk melakukan sesuatu.
5.Representasi Kekuasaan dalam Saran
Saran
(advisories) merupakan bentuk direktif
yang banyak juga digunakan dalam wacana kelas.Kinerja verbal saran juga
mempunyai cirri tertentu.Bach dan Harnish (1979: 48) memberikan ciri saran
sebagai berikut.
Dalam
wacana kelas, guru banyak menggunakan saran.Ditinjau dari maksudnya, berbagai
saran digunakan guru dapat dipilah menjadi dua jenis.Pertama, saran yang
dimaksudkan agar siswa melakukan sesuatu yang positif, misalnya perlunya
menaati peraturan kelas, perlunya memiliki buku dan LKS, perlunya belajar
dengan tekun.Kedua, saran yang dimaksudkan agar siswa tidak melakukan hal yang
negatif, misalnya saran agar tidak membuat keonaran di kelas; saran agar siswa
tidak terlambat masuk kelas; saran agar siswa tidak takut menampilkan
gagasannya di kelas; saran agar siswa tidak terlambat dalam mengumpul tugas;
saran agar tekun belajar.
6.Representasi Kekuasaan dalam
Pertanyaan
Pertanyaan
tergolong salah satu bentuk direktif. Bach dan Harnish (1998: 47) menyatakan
cirri pertanyaan sebagai berikut.Ketika menuturkan tuturan tertentu, P menanyai
T apakah menjawab pertanyaan atau tidak jika P mengekspresikan: (a) keyakinan
bahwa P menanyai T apakah menjawab pertanyaa atau tidak, dan (b) maksud bahwa P
menyampaikan kepada T apakah menjawab pertanyaan atau tidak boleh karena
keinginan P.
Sebagai
salah satu bentuk direktif, pertanyaan juga berpotensi mempresentasikan
kekuasaan.Daya ilokusi pertanyaan menghendaki T memberikan informasi
sebagaimana dimaksudkan oleh tuturan P (Bach dan Harnish, 1989: 48).Bahkan,
hasil kajian ini menunjukkan bahwa pertanyaan, sebagai salah satu bentuk
ilokusi tak langsung, dapat mengimplikasikan perintah.
B.Representasi Kekuasaan dalam Tindak
Asertif
Berdasarkan
hasil kajian ini, asertif juga salah satu tindak tutur yang cukup potensial
mempresentasikan kekuasaan, baik kekuasaan guru maupun kekuasaan siswa.Gejala
iin terkait dengan karakteristik wacana kelasa sebagai domain pendidikan dan
pembelajaran.Menurut Searle (1976), tindak tutur ini mempunyai fungsi untuk
member tahu orang-orang mengenai sesuatu.Fungsi tersebut tentu sangat penting
dalam wacana kelas karena proses transfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari proses memberi tahu.
1.Representasi Kekuasaan dalam
Menegaskan
Penggunaan
tindak asertif dengan bentuk menegaskan (assert)
banyak dijumpai dalam wacana kelas.Ditinjau dari perspektif etnografi
komunikasi dari Hymes (1974), penggunaan tindak menegaskan terkait dengan
berbagai tujuan, misalnya utnutk menghilangkan keragu-raguan, memberikan
penekanan, memberikan klarifikasi, atau yang lain.
2.Representasi kekuasaan dalam
menunjukkan
Tindak
asertif dengan bentuk menunjukkan (suggest)
banyak digunakan dalam wacana kelas.Daya ilokusi bentuk ini membuat T memahami
atau mengetahui sesuatu sebagaimana ditunjukkan oleh tuturan P.
3.Representasi Kekuasaan dalam
Mempertahankan
Tindak
asertif dengan bentuk mempertahankan (maintain)
juga banyak digunakan dalam wacana kelas.Bentuk mempertahankan lebih sering
digunakan dalam kelas-kelas yang menrapkan teknik pembelajaran yang mendorong
siswa secara aktif terlibat di dalam proses pembelajaran.Dalam proses diskusi,
tanya jawab, atau sejenisnya bentuk mempertahankan sering digunakan.
Bagi
guru, tindak mempertahankan ini ssering dilakukan ketika siswa mencoba
memprtanyakan kebijakan atau pun materi pembelajaran yang diberikan.Bentuk
mempertahankan yang dilakukan guru biasanya bukan dimaksudkan untuk dominasi,
tetapi justru untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahanan atau kesalahan
konsep pada diri siswa.
4.Representasi Kekuasaan dalam Menilai
Tindak
asertif dengan bentuk menilai (appraise)
juga cukup menonjol penggunaannya dalam wacana kelas.Bentuk menilai biasanya
diwujudkan dengan proposisi tertentu yang berisi argumen-argumen untuk
menguatkan bentuk penilaiannya.
Dalam
konteks wacana kelas, bentuk menilai ini bisa digunakan oleh guru atau pun
siswa.Akan tetapi, yang sering ditemukan tindakan guru menilai siswa atau siswa
menilai siswa lain, jarang ditemukan siswa
menilai guru, kecuali dimintai pendapat oleh guru.Aspek yang dinilai
menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
C.Representasi Kekuasaan dalam Tindak
Ekspresif
Di
samping tindak tutur asertif, tindak tutur ekspresif ternyata juga
merepresentasikan kekuasaan guru dan kekuasaan siswa.Tindak tutur ekspresif
merupakan bentuk tindak tutur yang menyatakan apa yang dirasakan oleh P.Dengan
tindak tutur nin, P mengekspresikan keadaan-keadaan psikologis tentang
pertanyaan-petanyaan rasa senang, rasa tidak senang, perasaan pedih, perasaan
luka, perasaan gembira, perasaan duka, ucapan terima kasih, ucapan selamat.